Jumat, 30 Oktober 2009


SAJAK PUJANGGA DALAM LAUTAN KEGALAUAN

Karang are1.jpgAndai aku bisa menafsirkan apa yang tampak, takkan aku dihampiri kebingungan yang tiada tara. Andai aku juga bisa memaknai apa yang kurasa, takkan aku dihantui deretan tanda Tanya. Perasaanku lemah untuk menentang rasa cinta yang ku rasa. Namun, aku juga tidak kuat untuk terus menahan rasa inginku tuk dimengerti. Ini hanyalah goresan sederhana dari luapan perasaan yang terhujam jauh di dalam lubuk jiwa, yang bercampur dengan prinsip, nafsu, cinta, dan ambisi. Rasa egois tak sanggup lagi kudengar, aku yakin ini bukan sebuah uangkapan egois lagi. Darahku sama dengan darah yang lain, begitupun bahan penciptaan aku. Semua sama, tiada yang beda….begitupun dengan hasrat tuk dimengerti…

Namun, sangat disayangkan, tidak semua yang bisa mengerti, sementara hamper seluruh orang yang dirinya mau dimengerti. Kesenjangan itu membuat satu pihak harus berbuat lebih.sayangnya, langkah itu sudah kuambil berulang, namun tetap saja….aku yang mendapat giliran untuk tidak dimengerti. Takdirku bukan selalu untuk mengerti, fitrahku sebagai insane juga ingin dimengerti. Harapan yang selalu dibisikkan perasaan ini kuharap dapat dibaca oleh perasaannya yang tulus…aku berharap cintanya bisa mendengar bisikan ini…dan aku juga mengharap dia mau meraih hati ini karena ia mengerti akan maskud hati…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar